Senin, 05 November 2012

BUDIDAYA BAWANG MERAH

Bawang merah (Allium cepa) adalah salah satu komoditas hortikultura yang sangat dibutuh kan oleh manusia. Namun untuk mencapai kesuksesan dalam budidayanya, tidak semudah membalik kan tapak tangan. Berbagai tantangan menghadang kesuksesan budidaya bawang merah khususnya masalah (resiko) di lapangan. Diantaranya cara budidaya, serangan hama dan penyakit, kekurangan unsur mikro, dan lain sebagainya yang menyebabkan produksi menurun.
Bawang merah merupakan tanaman semusim yang berbentuk rumput, serta berbatang pendek, dan berakar serabut. Daunnya panjang seperti pipa yang berongga, pangkal daunnya dapat berubah fungsi menjadi umbi lapis. Tanaman ini mudah dikenal dari baunya yang khas dan dapat merangsang keluarnya air mata karena kandungan dari jenis minyak eteris allin. Batang berbentuk cakram, dan di tengah cakram ini tumbuh tunas dan akar serabut.
Bunganya terkumpul dalam bonggol pada ujung tangkai panjang yang berlubang didalamnya. Jenis bawang merah berbunga sempurna. Ukuran buahnya kecil, berbentuk kubah dengan tiga ruangan, tidak berdaging. Tiap ruangan buah terdapat dua biji yang agak lunak dan tidak tahan terhadap sinar matahari. Tanaman ini bisa dengan mudah ditanam didaerah dataran rendah maupun yang dataran tinggi.

1. Jenis Bawang Merah
Jenis bawang merah ada beberapa macam yang terkenal, bawang merah tipe biasa atau jenis bawang brambang atau syalot (Allium ascalonicum) dan jenis bawang merah yang besar/bawang bombai yang biasa disebut dengan bawang timur (Allium cepa L.). Daun bawang yang biasa berwarna hijau muda, berbentuk bulat panjang, dan berongga mirip pipa, jika dipotong melintang bagaikan lingkaran. Bawang brambang ini berumbi kecil dengan diameter terbesar sekitar 3 hingga 4 centimeter. Rasanya pedas karena kadar minyak eterisnya tinggi, disamping itu bahwa jenis tanaman ini mudah berbunga di Indonesia. Varietas bawang brambang yang terkenal adalah cirebon, ampenan, sumenep
Sedangkan daun bawang bombai warnanya hijau tua, panjang dan berbentuk setengah bulat. Jika daunnya dipotong melintang, nampak bagaikan setengah lingkaran. Umbinya besar dengan diameter sekitar 5 hingga 8 centimeter. Rasa yang tidak terlalu pedas serta terasa agak manis. Umbi bawang bombai berwarna merah atau kuning, tetapi ada juga yang berwarna putih. Varietas bawang bombai yang dikenal umumnya yaitu red criole, yellow grano, dan cairo.
2 Bertanam Bawang Merah
Bawang merah dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang subur, banyak humus atau gembur dan tidak tergenang air, juga aerasenya baik. Selain itu, derajad keasaman (pH) tanahnya antara 5,5 sampai 6,5. Jika pH terlalu asam (kurang dari 5,5) maka unsur garam Alminuim (Al) terlarut di dalam tanah. Unsur Almunium sifatnya racun di tanaman bawang sehingga menghambat pertumbuhannya. Tetapi jika pH lebih dari 6,5 maka unsur Mangan (Mn) tidak bisa diserap oleh tanaman sehingga umbinya menjadi kecil – kecil.
Bawang brambang lebih menyukai iklim yang relatif kering, jenis tanah alluvial, dengan suhu yang relatif panas sehingga sangat baik jika dibudidayakan pada dataran rendah. Sedangkan bawang bombai lebih senang pada iklim yang basah.
a) Cara Tanam
Pengembangan bawang merah dapat melalui umbi atau biji. Namun budidaya dengan biji ini jarang dilakukan karena perawatannya yang sulit. Pembudidayaan dengan menggunakan bibit umbi sebaiknya yang berukuran kecil atau sedang. Pilih umbi yang bulat dan telah disimpan di gudang selama 1 sampai 2 bulan. Pada lahan seluas 1 hektar diperlukan 200.000 umbi yang beratnya sekitar 1.200 kg per hektar, sedangkan untuk bawang bombai diperlukan 90.000 buah umbi dengan berat sekitar 1.500 sampai 2000 kg per hektar.
Teknik budidaya dimulai dengan pengolahan tanah yang dicangkul sedalam 40 cm, lalu diberi pupuk kandang sebanyak 10 sampai 20 ton per hektar. Asupan pupuk kandang untuk bawang bombai relatif lebih dari pada jenis bawang brambang. Setelah pemberian pupuk diratakan maka dibuat bedengan yang lebarnya 60 cm untuk bawang brambang dan 80 sampai 100 cm untuk bawang bombai. Diupayakan setiap bedengan dapat memuat tiga baris tanaman. Tiap baris dibuat lubang tanam dengan jarak antar lubang untuk bawang brambang 20 cm, sedang untuk bawang bombai 30 sampai 40 cm. Tiap antar bedengan dibuat cekukan parit dengan lebar 20 sampai 30 cm. Hal ini bertujuan agar dapat menampung air (siraman) dan drainase.
Pada ujung umbi yang akan ditanam di potong sepertiga atau setengahnya. Lalu bibit tersebut ditanam pada lubang yang telah disiapkan hingga permukaan irisan umbi tertutup tanah tipis. Bibit akan tumbuh setelah satu minggu kemudian, dan setelah tanaman berumur 3 minggu diberi pupuk urea dan TSP dengan perbandingan 3 : 1 sekitar 4 gram pada tiap tanaman.
Pada setiap 1 hektar tanaman bawang merah diperlukan sekitar 600 kg urea dan 200 kg TSP. Penambahan 100 kg per hektar KCl bisa diberikan dengan harapan agar umbi yang dihasilkan lebih keras dan tidak cepat rusak/busuk. Pemberian pupuk bisa dilakukan bersamaan waktu dilakukan pendangiran pada tanah bedengan. Pemberian pupuk dilakukan secara melingkar berjarak 5 sampai 10 cm dari batangnya. Sewaktu tanah dilakukan pendangiran, bedengan yang longsor ditinggikan agar umbi – umbinya tidak kelihatan. Hal yang patut untuk diingat dan diketahui bahwa pemberian pupuk disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah disamping memperhatikan rekomendasi dan petunjuk dari PPL setempat.
b) Pemeliharaan Tanaman
Pendangiran tanah dilakukan agar tanah menjadi gembur dan rumput/gulmanya hilang. Juga untuk mengendalikan faktor – faktor pemicu perkembangan hama dan penyakit tanaman yang biasa bersarang di tanah. Jenis hama bawang diantaranya ulat daun (Laphygma exigua) dan hama bodas/lier (Thrips tabacci). Kedua hama ini menyerang daun tanaman bawang. Ulat daun merusak daun tanaman dengan cara memotong ujungnya; sedangkan hama bodas mengisap cairan hingga daun kering. Hama ini dapat dikendalikan lewat insektisida Kelthane konsentrasi 0,2 persen atau insektisida Lebaycid 500 EC 0,2 persen. Dampak yang timbul sebagai akibat dari serangan hama ini menjadikan umbi bawang merah menjadi kecil.
Penyakit yang menyerang umbi bawang merah adalah cendawan busuk umbi, yaitu dari jenis Botrytis allii. Cendawan ini menyerang tanaman sewaktu di kebun dan/atau pada waktu umbi dalam penyimpanan di gudang. Jenis bawang bombai yang paling mudah terserang penyakit ini, khususnya dari jenis umbi putih. Pemicu dari penyakit ini adalah kelembaban yang tinggi, baik di kebun atau di gudang penyimpanan. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan fungisida Benlate atau Dithane M–45 konsentrasi 0,2 persen. Fungisida ini disiramkan ke pertanaman maupun disemprotkan ke daun bawang sewaktu masih di kebun. Penyakit mati pucuk juga menyerang bawang. Penyakit ini disebabkan oleh Phytoptora porri, yang menyerang ujung daun tanaman hingga berwarna kuning. Jenis penyakit ini dikendalikan dengan jenis Antracol atau Dithane M–45 0,2 persen. Ada juga penyakit bercak konsentris yang bisa menyerang pertanaman dan warnanya ungu. Pengendaliannya dengan aplikasi fungisida Antracol atau Dithane M–45 konsentrasi 0,2 persen. Adapun cendawan Perenospora destructor penyebab penyakit embun upas yang merusak daun dikendalikan dengan Dithane M–45 konsentrasi 0,2 sampai 0,3 persen.
c) Pemanenan
Bawang merah dapat dipanen setelah 60 persen daun tanaman sudah kering dan pangkalnya sudah menjadi lemas. Umur tanaman ini antara 2,5 sampai 3,5 bulan. Cara panen bawang dilakukan dengan mencabut tanaman tersebut dari pertanaman. Tiap umbi dapat menghasilkan sekitar 4 sampai 6 umbi anakan. Berat yang dihasilkan sekitar 4 sampai 5 kali berat bibit yang digunakan. varietas tanaman yang baik mampu menghasilkan bawang 10 sampai 40 ton per hektar. Agar tahan lama tersimpan di gudang, maka sebaiknya bawang merah dijemur beserta daunnya hingga kering.


2 komentar:

  1. bagaimana cara untuk penyimpanan bawang setelah panen buat bakal bibit..?? tks

    BalasHapus
  2. bagaimana cara untuk penyimpanan bawang setelah panen buat bakal bibit..?? tks

    BalasHapus